Era globalisasi dan Era Industri 4.0 merupakan era perubahan dan era integrasi dari berbagai sistem secara daring (online). Dengan hal tersebut, dalam berbagai aspek terjadi persaingan yang sangat ketat antar pelaku ekonomi. Sedangkan di sisi lain, Koperasi masih kesulitan dalam beradaptasi dengan era sekarang ini yang seharusnya memiliki peran sebagai wahana usaha produktif masyarakat Indonesia, tetapi koperasi belum mampu berfungsi sebagai penggerak ekonomi kerakyatan.
Hal tersebut terjadi dikarenakan belum kompetennya Sumber Daya Manusia (SDM) koperasi, pengurus koperasi belum optimal dalam bekerja, banyak terjadi penyelewengan, kurangnya pemahaman koperasi, belum sepenuhnya didukung kebijakan pemerintah, jatidiri koperasi yang masih belum dipahami para pelaku koperasi dan buruknya citra koperasi.
Jika dilihat dari zaman sekarang ini, kita telah merasakan yang namanya era Globalisasi. Jika kita kaitkan dengan koperasi saat ini, bisa dikatakan tantangan koperasi dalam era kali ini semakin berat. Karena gaya hidup manusia pada generasi ini cepat berubah dan tak menentu, dan juga semakin canggihnya teknologi informasi serta komunikasi.
Tantangan Revolusi Industri 4.0
Beranjak dari era Globalisasi, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, mengatakan Indonesia akan menerapkan konsep revolusi industri 4.0 besar-besaran tahun 2030, melalui program ‘Making Indonesia 4.0’, termasuk dalam sektor Koperasi.
“Tentu koperasi juga akan terdampak. Perubahan ini menjadi tantangan untuk koperasi bukan hanya sekedar berbisnis di era digital, tapi juga mengubah mindset dalam tata kelola secara menyeluruh visi bisnis. Karena itu Koperasi harus mampu beradaptasi dan bertransformasi secara dinamis,†kata Teten dalam Webinar Nasional Model Koperasi Era Industri 4.0.
Era ini memang pasti akan mengakibatkan dampak besar terhadap segala aspek perekonomian tak terkecuali koperasi. Koperasi dituntut mampu beradaptasi agar dapat menghadapi era Revolusi Industri 4.0 ini. Kreatifitas dan Inovatif menjadi salah satu hal penting yang harus dikembangkan bagi setiap anggota koperasi agar dapat mengembangkan koperasi di era sekarang. Tapi fakta mengatakan keunggulan yang ditawarkan dari era kali ini membuat ketergantungan yang luar biasa bagi generasi sekarang dan ini tidak selaras dengan koperasi, karena koperasi belum berhasil untuk beradaptasi dengan adanya perubahan tersebut.
Walau koperasi di Indonesia masih tetap berkembang yang ditandai dengan banyaknya pertumbuhan koperasi di Indonesia. Di era revolusi industri 4.0 ini Koperasi akan mengalami berbagai tantangan di antaranya :
- Kurangnya Minat Anggota Koperasi
Hal ini bisa terjadi dikarenakan rendahnya pendidikan serta pelatihan perkoperasian yang diberikan kepada para anggota koperasi, ini mengakibatkan kurangnya minat anggota koperasi dan sumber modal pun menjadi terbatas karena kegiatan koperasi yang tidak berkembang. Terbatasnya usaha akibat kurangnya dukungan serta kontribusi dari para anggotanya untuk berpartisipasi membuat koperasi seperti berjalan di tempat atau stagnan, adanya stigma kalau koperasi sama seperti bank yang hanya bertujuan untuk mencari keuntungan, hal ini membuat berkurangnya minat anggota terhadap perkoperasian.
- Kurangnya Sosialisasi Mengenai Koperasi
Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikannya.
- Perbedaan Gaya Hidup
Perbedaan gaya hidup generasi milenial yang begitu cepat dan tidak menentu (disruptif), akibat perkembangan teknologi informasi, robotic, artifical intelligence, transportasi, dan komunikasi yang sangat pesat. Pola dan gaya hidup generasi milenial bercirikan segala sesuatu yang lebih cepat (real time), mudah, murah, nyaman, dan aman.
- Sumber Daya Manusia yang kurang professional
Pengurus yang dipilih dalam rapat anggota seringkali dipilih berdasarkan status sosial
dalam masyarakat itu sendiri bukan dari pendidikan dan wawasan mereka. Dengan demikian pengelolaan koperasi dijalankan dengan kurang adanya kontrol yang ketat dari para anggotanya. Pengelola yang ditunjuk oleh pengurus kurang professional serta bukan dari yang punya pengalaman baik akademis maupun wirausaha. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan koperasi tidak dijalankan secara professional.
Strategi Transformasi Koperasi
Koperasi membutuhkan adanya rencana dan program yang tersusun untuk koperasi dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 ini, Era revolusi industri 4.0 mangharuskan koperasi untuk dapat beradaptasi dan bertransformasi dalam menghadapi lingkungan yang senantiasa dinamis tersebut. Koperasi di Indonesia yang sudah menerapkan teknologi digital saat ini baru 25%-30%. Dengan melihat kondisi dan keadaan di era saat ini, koperasi harus mengambil langkah awal yaitu bagaimana untuk mempertahankan serta meningkatkan eksistensi koperasi di Indonesia dengan cara branding ulang Koperasi.
Salah satu caranya adalah dengan mengedukasi generasi muda saat ini mengenai koperasi dan meyadari peran penting mereka dalam menunjang kegiatan perekonomian sehingga akan didapat wawasan yang luas mengenai koperasi pada generasi muda. Langkah berikutnya yang perlu disusun mengenai rencana dan program yang baik untuk koperasi kedepannya dalam revolusi industri 4.0 yaitu :
- Reorientasi, yaitu mengubah paradigma pendekatan pembangunan koperasi dari kuantitas menjadi kualitas. Pemerintah Indonesia ingin semua koperasi yang ada di Indonesia berapa pun jumlahnya harus berkualitas. Untuk mewujudkan koperasi berkualitas, pemerintah harus membangun sistem data yang akurat tentang koperasi di Indonesia.
- Rehabilitasi, yaitu memperbaiki dan membangun database sistem koperasi melalui online data system (ODS) untuk memperoleh sistem pendataan koperasi yang lebih baik dan akurat.
- Meningkatkan kapasitas koperasi, sebagai badan usaha berbasis anggota yang sehat, kuat, mandiri, dan tangguh serta mengembangkan dan memperkuat koperasi.
- Melakukan pengelolaan organisasi, dalam arti luas yaitu memilih insan koperasi yang bertanggungjawab, bermoral, beretika, bermartabat dan memiliki keahlian bidang pengelolaan koperasi serta bisnis.
- Koperasi harus berorientasi pelayanan. Sumber daya manusia koperasi harus berorientasi mewujudkan koperasi yang dapat memberikan pelayanan prima dan pelayanan terbaik kepada anggota dan masyarakat. Setelah sumber daya manusia koperasi memiliki attitude jujur, disiplin, dan berorientasi pelayanan, maka selanjutnya harus didukung dengan skill/keterampilan teknis dalam berkoperasi.
- Memanfaatkan teknologi informasi. Kita berharap para pelaku koperasi dapat mengimplementasikan dan memanfaatkan perkembangan teknologi guna meningkatkan kualitas dan kemudahan dalam pelayanan.
- Organizational reengineering, berbasis pada sistem operasi yang cepat, mudah, transparan, dan mempunyai akuntabiltas tinggi, sehingga dapat membangun kepercayaan anggota.
- Pemanfaatan teknologi berbasis sistem aplikasi, memudahkan anggota mendapatkan pelayanan usaha koperasi.
- Membangun close loop economy dalam koperasi yang captive market, sehingga koperasi mempunyai bargaining position yang kuat.
- Menjalankan prinsip-prinsip serta nilai koperasi dalam tata kelola organisasi dan bisnisnya secara konsisten dan sungguh-sungguh.
- Partisipasi aktif anggota Koperasi. Sesama pengurus harus bisa berkoordinasi dan berkomunikasi dengan baik. Begitu juga pengawas. Sebaiknya pengawas memiliki keterampilan atau ketelitian dalam melaksanakan fungsi pengawasan. Pengelola koperasi minimal harus memiliki skill menggunakan komputer dan menguasai akuntansi koperasi, sehingga dapat bekerja dengan komputer dan dapat membuat laporan koperasi.